“Yantoo … aku hamil !!!” Teriakku
di telepon kepada sahabatku Yanto yang sedang ada di rumah mertuanya di
Jakarta.
Ditanganku saat itu ada hasil
pemeriksaan USG yang menunjukkan gambar janin berumur 10 minggu yang sehat.
Keputusanku untuk di USG sebenarnya bukan untuk melihat janin ini tetapi untuk
memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku merasa sering mual-mual dan
tidak sembuh-sembuh dengan obat-obatan biasa. Aku tidak menyangka hubungan
badanku dengan Yanto akan membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan badan
pertamaku dengan Yanto baru menginjak bulan ke-3.
Namaku Lani, seorang dokter di
Bandung yang sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini terjadi. Umurku
saat itu sekitar 36 tahun dan berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan
ABG. Mantan suamiku juga dokter ahli penyakit dalam yang belakangan aku ketahui
punya kelainan sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki). Sehingga karena
tidak tahan akhirnya aku minta cerai setelah ayahku meninggal.
Perceraian dan kehilangan ayah
membuat aku menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah segala-galanya.
Kegamanganku itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang
dokter senior yang sangat dihormati di kotaku yang juga sekaligus menjadi dosen
pembimbing program spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya dia akhirnya
bisa membawaku ke ranjangnya tanpa banyak kesulitan. Affair kami awalnya
berlangsung cukup panas karena kami punya banyak kesempatan bersama untuk
melakukannya di manapun kami ingin, seperti di tempat praktek, di rumah sakit,
di rumah dokter NL (saat ada istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL
ini adalah juga seorang pilot).
Karena alasanku berhubungan
dengannya adalah untuk mengisi kekosongan sosok seorang ayah, maka aku pada
awalnya tidak begitu peduli dengan kualitas hubungan seks yang aku dapat yaitu
jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan kami inipun tidak pernah membuatku
sampai hamil walaupun kami sering melakukannya pada periode suburku tanpa
pengaman. Karena perbedaan umur yang cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa
bosan setiap kali berhubungan badan dengan pembimbingku ini. Apalagi
kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh teman-teman
kuliahku yang secara tidak langsung mulai menghambat program spesialisasiku.
Akhirnya pada suatu acara reuni
kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk
Yanto. Aku dan Yanto sebenarnya sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga
beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Yanto memilih
untuk berpacaran dengan sahabatku yang lain yang kemudian menjadi istrinya.
Kalau sebelumnya aku lebih sering
berhubungan dengan istrinya Yanto, bahkan kedua anak kami juga bersahabat. Tapi
setelah acara reuni itu, aku juga menjadi sering bekomunikasi kembali dengan
Yanto, baik lewat telepon maupun SMS. Akhirnya Yanto menjadi teman curhatku,
termasuk masalah affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku menceritakannya
dengan detail sampai ke setiap kejadian. Yanto adalah pendengar yang baik dan
dia sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yang telah kulakukan,
terutama karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku dengan Yanto
sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya hanya menjadi rahasia
kami berdua.
Kalau aku sudah suntuk teleponan,
kadang-kadang dia mengajakku jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga
pelan-pelan aku mulai bisa melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba
membina hubungan yang baru dengan beberapa laki-laki yang dikenalkan oleh
teman-temanku. Sayangnya aku sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama
karena mereka tidak bisa mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yang sedang
mengambil kualiah spesialisnya.
Lagi-lagi kalau ada masalah
dengan teman-teman priaku ini aku curhat kepada Yanto yang sebagai anak seorang
dokter Yanto memang juga bisa memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan
mereka.
Hingga pada suatu siang aku
mengajak Yanto untuk menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di Lembang
yang akan dipakai sebagai tempat reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Yanto
tentang bagaimana pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yang
tersedia di sana. Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan
bercanda, tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering
menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks masing-masing.
Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai “perabot” kita masing-masing dan apa
saja yang suka dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh.
Entah kenapa dari obrolan yang
sebenarnya lebih banyak bercandanya ini membuat aku mulai sedikit terangsang,
putingku kadang-kadang mengeras dan vaginaku mulai terasa sedikit berlendir.
Waktu aku lirik celananya Yanto juga terlihat lebih menonjol yang mungkin
karena penisnya juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali
beberapa hubungan badan di masa lalu yang paling berkesan kenikmatannya.
Tanpa terasa akhirnya kami sampai
di rumah peristirahatan keluargaku, perhatianku jadi teralihkan untuk memberi
pesan-pesan kepada mamang penjaga rumah dan tukang kebun yang ada di sana untuk
mempersiapkan rumah tersebut sebelum akhirnya membawa Yanto berkeliling rumah.
Seperti waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang diselingi dengan saling
bergandengan tangan, saling peluk dan rangkul atau sekedar mengelus-elus kepala
dan pipi.
Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke ruang tengah yang mempunyai perapian yang biasa dipakai
menghangatkan ruangan dari udara malam Lembang yang cukup dingin. Di sana Yanto
kembali memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami
dalam posisi berhadapan. Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan
bahunya sehingga kami terlihat seperti pasangan yang sedang berdansa.
“Mmmmpppphhhh ……” Yanto tiba-tiba
memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.
Walaupun saat itu aku benar-benar
kaget, tapi entah kenapa aku merasa senang karena dicium oleh orang yang aku
anggap sangat dekat denganku. Dengan jantungku berdebar aku kemudian
memberanikan diri untuk membalas ciumannya sehingga kami berciuman cukup lama
dengan diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….” Tanpa sadar aku
mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir.
Sesaat setelah bibir kami lepas,
aku masih memejamkan mata dengan muka sedikit menengadah dan bibir yang
setengah terbuka untuk menikmati sisa-sisa ciuman tadi yang masih begitu terasa
olehku. Aku baru tersadar setelah Yanto menaruh telunjuknya dibibirku yang
sedang terbuka dan memandangku dengan lembut sambil tersenyum. Kemudian dia
menarik kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan dengan
eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tidak teratur, ciuman
tadi telah membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan belaian laki-laki.
Tanpa menunggu lama, aku
mengambil inisiatif untuk melanjutkan ciuman kami dengan memangut bibir Yanto
lebih dulu setelah melakukan beberapa kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku
menginginkan ciuman yang lebih “panas” sehingga tanpa sadar aku memangut
bibirnya lebih agresif. Yanto langsung membalasnya dengan lebih ganas dan
agresif, lidahnya langsung menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya
melumat bibirku. Ciuman yang bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh kami
berdua akhirnya kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa.
Tangan Yanto mulai bergerilya
meremas-remas buah dadaku, mula-mulai masih dari luar baju kaosku tapi tak lama
kemudian tangannya sudah masuk ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku sudah dibuatnya
terangkat ke atas sehingga kedua buah dadaku dengan mudah dijangkaunya
langsung. Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam mempermainkan putting
buah dadaku. Bibir Yanto juga mulai menciumi leher dan kedua kupingku sehingga
menimbulkan rasa geli yang amat sangat.
Setengah Baya
Terus terang dengan aksi Yanto
itu aku menjadi sangat terangsang dan membankitkan keinginanku untuk
bersetubuh. Maklum sejak putus dengan dosen pembimbingku praktis aku tidak
pernah lagi tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu sudah sangat berharap
Yanto segera memintaku untuk bersetubuh dengannya atau meningkatkan
agresifitasnya ke arah persetubuhan.
Aku rasakan vaginaku sudah sangat
basah dan aku mulai sulit berpikir jernih lagi karena dikendalikan oleh berahi
yang semakin memuncak. Sebaliknya Yanto kelihatan masih merasa cukup dengan
mencium meremas buah dadaku saja yang membuat aku semakin tersiksa karena
semakin terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
“To, kamu mau ga ML sama aku
sekarang ?” Kata-kata itu meluncur begitu saja dengan ringan dari mulutku di
mana dalam kondisi biasa sangat tidak mungkin aku berani memulainya.
Hanya dengan melihat Yanto
menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum, aku langsung meloncat dari sofa
dan berdiri di hadapan Yanto sambil melepas kaos atas dan BHku dengan
terburu-buru. Melihat itu, Yanto membantuku dengan melepas kancing dan
risleting celana jeansku sehingga memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri
ke bawah. Yanto sekali lagi membantuku dengan menarik celana dalamku sampai
terlepas hingga membuat tubuhku benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang
menutupi.
Tanpa malu-malu, aku kemudian
menubruk Yanto di sofa untuk kemudian duduk dipangkuannya dengan posisi kedua
kakiku mengangkangi kakinya. Kami lalu berciuman lagi dengan ganasnya sambil
kedua tangan Yanto mulai meraba-raba dan meremas-remas tubuh telanjangku
sebelah bawah..
“Akkhhhhhh ….” Aku menjerit
pendek saat Yanto memasukkan jari tangannya ke dalam liang senggama dari
vaginaku yang sudah mengangkang di pangkuannya.
Tanpa menunggu lama mulut Yanto
juga langsung menyambar putting payudaraku membuat badanku melenting-lenting
kenikmatan yang sudah lama tidak kunikmati. Yanto semakin agresif dengan
memasukkan dua jarinya untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yang membuat
gerakan badanku semakin liar.
Gerakanku yang sudah makin tidak
terkendali rupanya membuat Yanto kewalahan, lalu dengan perlahan dia
mendorongku untuk rebah di karpet tebal yang terhampar di bawah sofa. Kemudian
dengan tenang Yanto mulai membuka bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh
telanjangku dihadapannya yang menggelepar gelisah oleh berahiku yang sudah
sangat memuncak. Melihat Yanto memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih
berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih bantal
terdekat untuk menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku rapatkan supaya
kemaluanku tidak terlihat Yanto lagi.
Sesaat kemudian aku merasakan
Yanto membuka pahaku lebar-lebar dan tanpa menunggu lama-lama kurasakan penisnya
mulai melakukan penetrasi.
BLESSSSSS ……kurasakan penis Yanto
meluncur dengan mulus memasuki liang senggamaku yang sudah becek sampai hampir
menyentuh leher rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan
suara lenguhan dari balik bantal menikmati penetrasi pertama dari penis
sahabatku yang sudah aku kenal lebih dari 20 tahun.
“Katanya tadi mau ngajak ML ….”
Kata Yanto sambil mengambil bantal yang kupakai menutupi mukaku sambil
tersenyum menggoda.
“Sok atuh dimulai saja ….”
Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu
CROK … CROK … CROK …CROK …. CROK
… ayunan penis Yanto langsung menimbulkan bunyi-bunyian dari cairan vaginaku.
Yanto mengait kedua kakiku dengan
tanganya sehingga mengangkang dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa
menggerakkan pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya.
“Yantooo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat
sekali …yantooo….” Aku mulai meracau kenikmatan.
Kedua kakiku kemudian dipindah ke
atas bahu Yanto sehingga pinggulku lebih terangkat, sedangkan Yanto sendiri
badannya sekarang menjadi setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis
Yanto lebih banyak mengenai bagian atas dinding liang senggamaku yang ternyata
mendatangkan kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku dapat dari laki-laki
yang pernah meniduriku sebelumnya.
“Adduuhhh …. enak sekali …
ooohhh…. … kontolnya ….tooo…..kontolmu enak sekaliii …” aku mulai meracau
dengan pilihan bahasa yang sudah tidak terkontrol lagi.
Aku lihat posisi Yanto kemudian
berubah lagi dari berlutut menjadi berjongkok sehingga dia bisa mengayun
penisnya lebih panjang dan lebih bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang
dengan cukup keras oleh ayunan pinggul Yanto. Ayunan penisnya yang panjang dan
dalam seolah-olah menembus sampai ke dalam rahimku secara terus menerus sampai
akhirnya aku mulai mencapai orgasmeku.
“Yanntooooooo ….. aaaak
…kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi terputus-putus
karena guncangan badanku.
Yanto merespon dengan mengurangi
kecepatan ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya.
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh
…….” Akhirnya gelombang orgasmeku datang bergulung-gulung, bola mataku
terangkat sesaat ke arah atas sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua
tanganku meremas-remas buah dadaku sendiri.
Yanto memberikan kecupan-kecupan
kecil saat nafasku masih terengah-engah sambil tetap memaju mundurkan dengan
pelan penisnya yang masih keras menunggu aku siap kembali karena dia sendiri
belum sampai ejakulasi. Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Yanto lalu
kami berciuman dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini.
“Lani, aku boleh minta masuk dari
belakang ?” Bisiknya ditelingaku
“Tentu saja sayang, kamu boleh
minta apa saja dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya.
Yanto dengan hati-hati bangun
dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut
penisnya dari vaginaku.
“Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena
merasa geli bercampur nikmat saat penisnya dicabut.
Aku lihat penis Yanto masih
mengacung keras dan sedikit melengkung ke atas, batang penisnya yang penuh
dililit urat-urat terlihat sangat basah oleh cairan vaginaku. Karpet yang tepat
di bawah selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku yang langsung mengalir
ke karpet tanpa terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu
sedikit seperti anak-anak gadis yang baru mau puber, itupun hanya ada di bagian
atas dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi mencukurnya.
“Ayo Lan, balikkan tubuh kamu”
Pinta Yanto padaku
Setelah berhasil mengankat
tubuhku sediri, aku lalu membalikkan badan untuk mengambil posisi menungging
sebagai persiapan melakukan persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi.
Aku rasakan Yanto medekat karena penisnya sudah terasa menempel di belahan
pantatku dekat liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk
mempermudahnya melakukan penetrasi.
BLESSSSS ………………... untuk kali
kedua penisnya masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
“OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
…………” Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti masuknya penis tersebut.
Kurasakan penis Yanto mulai
bergerak maju mundur, bukan hanya karena gerakan pinggulnya saja tapi juga karena
dengan tangannya Yanto juga menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah
gerakan penisnya dia sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak” oleh penisnya.
“Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh
….aaarrrkkkhhh “ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan
PLEK … PLEK … PLEK … PLEK …
terdengar suara pantatku yang beradu dengan pahanya Yanto.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH
…..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong dengan kerasnya.
TREK … tiba-tiba kudengar suara
pintu yang dibuka.
“Neng Lani … ada apa Neng ?”
Aku mendengar suara penjaga
rumahku bertanya dengan suara gugup. Rupanya dia dikagetkan saat mendengar
lolonganku tadi yang membawanya datang kemari, tapi akhirnya menjadi lebih
kaget lagi setelah melihat majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya. Lagi pula
siapa yang menyangka kami akan nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang
keluarga yang terbuka dan masih ada penghuni rumah lainnya.
“Ga ada apa-apa kok Pak, saya
sedang mijetin Neng Lani nih …”
Kudengar Yanto menjawab dengan
tenang tanpa ada nada kaget atau gugup seolah-olah tidak terjadi apa-apa,
bahkan tanpa menghentikan pompaan penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi
sehingga tidak terdengar lagi bunyi-bunyian heboh yang berasal dari beradunya
kemaluan-kemaluan kami
“Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …”
Aku tetap tidak mampu menahan
erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget kepergok sedang bersetubuh oleh
Mamang penjaga rumah yang sudah megenalku sejak kecil
“Aa..aduh punten Neng Lani …
punten Agan … Mamang tidak tahu Agan-agan sedang sibuk begini, Mamang tadi
takut ada apa-apa denger suara Neng Lani seperti menjerit” Lanjutnya dengan
muka pucat setelah sadar apa yang dilihatnya.
“Ya sudah pak, Neng Lani juga ga
apa-apa kok” Kudengar jawaban Yanto
“Yaaa Mmmaammang … sayaa gaaaa
apa-apa ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu menjawab
tanpa melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku
benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan penis Yanto.
“Nuhun upami kitu mah, mangga
atuh Neng … mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang mah mau ke belakang
lagi” kata Mamang sebelum kemudian berlalu menghilang di balik pintu.
PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK
…Yanto kembali menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss
…..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras
lagi dari sebelumnya
CROK … CROK …CROK … CROK….CROK
…cairan vaginaku mulai membanjir lagi, sebagian ada mengalir turun lewat kedua pahaku
sebagian lagi ada yang naik melalui belahan pantatku karena terpompa oleh penis
Yanto. Kepergok oleh penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi
sekaligus membuat aku semakin terangsang setelah melihat sendiri Yanto bisa
mengatasinya dengan tenang.
“Geliiiiii …. Aduuuhh…geli
sekaliiiii….uuuhhhhhh ….oohhhhhh….Yantoo….geliii …“ Teriakku saat jari-jari
Yanto mulai mempermainkan liang duburku yang telah basah oleh cairan dari
vaginaku.
“Sakkkiiiiit ….addudduuuh ….
Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku ketika Yanto malah memasukkan jari tangannya
ke dalam liang duburku setelah dilumasi cairan vaginaku terlebih dahulu. Saking
sakitnya aku sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah duburku untuk
menepis tangannya tapi tidak berhasil.
Tapi seperti waktu pertama kali
vaginaku diperawani oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama hilang
dan berganti menjadi rasa nikmat yang sangat berbeda. Walaupun tidak senikmat
penis Yanto yang ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan jarinya di
liang duburku mulai membuatku semakin bergairah.
Tiba-tiba kurasakan gerakan Yanto
menjadi tidak teratur lagi, penisnya seperti berdenyut-denyut di dalam liang
senggamaku sedangkan nafasnya seperti ditahan-tahan. Mungkin Yanto akan
ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah bergairah menuju orgasmeku
yang kedua.
“Lan… Lani…sepertinya aku sudah
akan keluarrrr …. “ Kata Yanto dengan sedikit tertahan
“T…ttung…ggguu sebentar lagi To
…. Lani juga sss … sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap bisa orgasme
barengan pada saat Yanto ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai
menggesek-gesek klitorisku sendiri.
“Ahhhhh …” aku menjerit tertahan
saat Yanto mencabut tangannya dari liang duburku
Yanto sekarang memakai kedua
tangannya itu untuk menahan pinggulku sambil menekan-nekankan penisnya yang
berdenyut makin kencang.
“LANIIIIII …ga bisa aku tahan
lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Yanto mengerang tertahan saat ejakulasi
SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrrr…cccrrtt…
aku merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti
belasan semburan kecil. Semburan air mani yang hangat akhirnya membuat aku juga
segera mendapatkan orgasmeku yang kedua.
“Yantooo…. Nikmat sekali
….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh …. benar benar kamu nikmat” aku mulai meracau dengan
suara pelan karena sudah sangat lemas.
Walaupun penis Yanto masih terasa
keras setelah ejakulasi, badanku sudah terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku
sendiri dalam posisi menungging. Aku pasrah saja ketika Yanto membalikkan
badanku tanpa melepaskan penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup
lama, tapi tidak banyak keringat yang keluar dikarenakan udara Lembang yang
cukup sejuk, tapi aku lihat tubuh Yanto tetap agak berkilat oleh keringatnya
sendiri.
Kami kemudian berciuman dan
berpelukan lagi dengan mesra, tidak pernah terlintas dalam pikiranku sampai
pagi tadi sebelum berangkat ke sini bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat
dekatku sendiri. Tapi aku hampir tidak ada rasa menyesal telah melakukannya,
padahal waktu aku pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada rasa menyesal
yang cukup dalam.
“Lani, kamu bisa menikmatinya
sayang ?” Yanto berbisik di telingaku
“Enak sekali To, baru kali ini
aku merasakan nikmat yang luar biasa ” Jawabku dengan lembut “ Terima kasih ya
To”
Yanto membalasnya dengan kembali
memangut bibirku dengan lembut di sisi lain aku merasakan Yanto mulai
menggerakkan penisnya maju mundur lagi walaupun masih dengan perlahan. Saat itu
aku sudah sangat kelelahan dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga tidak
siap untuk melanjutkan ke babak berikutnya.
“To, aku udah kecapean sekarang …
kalau kamu masih mau lagi, kita lanjutkan setelah aku istirahat sebentar. Boleh
kan ya sayang ?” Aku coba menolak Yanto melanjutkan niatnya dengan sehalus
mungkin.
Yanto rupanya bisa mengerti dan
menghentikan gerakan penisnya, sebagai gantinya aku melakukan kontraksi pada
otot-otot vaginaku untuk “meremas-remas” penis Yanto yang masih keras saja
sampai sekarang walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat
menikmatinya sampai akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih
lemah dan lebih sedikit dari yang pertama.
“Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali
melenguh saat Yanto menarik penisnya yang mulai melunak.
Kami kemudian melanjutkan obrolan
kami tanpa mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap menutup badanku dengan
selimut yang disediakan dekat perapian karena walau bagaimanapun aku masih ada
sedikit perasaan risi bertelanjang bulat di depan sahabat laki-lakiku. Yanto
ternyata sangat kaget waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi dan sangat
menyesal sudah mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan
dirinya bahwa akulah yang menginginkan dia berejakulasi di dalam tubuhku, lagi
pula selama ini baik mantan suamiku maupun dosen pembimbingku selalu
mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama pernikahan
kami.
Aku juga ceritakan bahwa baru
dengan Yanto aku bisa dua kali mengalami orgasme dalam sekali bersetubuh sampai
aku merasa kepayahan, padahal sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai
orgasme. Yanto bilang bahwa dia selalu berusaha mendahulukan
pasangan-pasangannya mendapat orgasme duluan, minimal sekali, sebelum dia
berejakulasi. Waktu aku balik tanya memangnya sudah pernah meniduri berapa
wanita, dia hanya nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui bahwa
aku bukan perempuan satu-satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi aku
berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan seperti itu.
Yanto kemudian memintaku untuk
bersedia melakukan variasi hubungan anal dengannya, aku sempat kaget dan
menolak permintaannya. Apalagi bila mengingat sakitnya liang duburku waktu dia
memasukkan jari tangannya, apalagi kalau penisnya yang besar dan keras itu ?
Tapi waktu aku melihat pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke
dia bahwa aku tidak mau sering-sering melakukannya karena takut bentuk anusku
berubah drastis.
Kami kemudian sempat tertawa-tawa
waktu membahas tentang peristiwa tertangkap basah oleh Mamang penjaga rumah
sedang bersetubuh secara langsung akibat lolongan dan jeritan erotisku. Aku i
memang dikenal oleh orang lain sebagai orang yang kalem sehingga kalau sampai
menjeri-jerit tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku yakinkan Yanto bahwa akan
bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak menceritakan kejadian ini
kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma menyesal Mamang itu sudah melihat
tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi yang sangat merangsang pikiran
laki-laki.
Setelah hampir dua jam
beristirahat, aku berkata kepada Yanto bahwa aku belum melihat bentuk persisnya
penis dia saat ereksi karena ketika tadi sedang ereksi hampir selalu berada
dalam vaginaku. Yanto balas menjawab bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan
dengan teliti bentuk vaginaku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung
melakukan foreplay saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat
balik bertanya tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku
sangat awam.
Akhirnya kami mulai melakukan
posisi 69 itu dengan aku berada di atas karena benar-benar ingin melihat
biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata memang diameter penisnya Yanto sangat
besar saat ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yang istimewa adalah
tonjolan urat-urat pembuluh darah yang mengelilinginya sepeti ulir sekrup yang
membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih terasa nikmat.
Tak lama kemudian kami mulai
bergumul lagi dengan berahi yang lebih panas karena melakukannya dengan
kesadaran penuh bukan lagi karena reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku
mengambil posisi di atas dia sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari
liang senggamaku yang ingin di sentuh penisnya. Sedangkan Yanto sendiri selain
meremas buah dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku
dengan jari-jarinya. Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yang sangat nikmat
sekaligus lelahkan untuk babak ke dua ini.
Yanto kemudian menagih janjiku
untuk berhubungan secara anal sesaat setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali
dalam posisi menungging. Sekarang penis Yanto langsung masuk ke liang duburku
setelah dibasahi dulu dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku benar-benar
merasa kesakitan yang luar biasa saat penisnya masuk ke dalam lubang duburku
yang ototnya masih kaku. Bahkan aku sempat menjerit jerit kesakitan sebelum
akhirnya mulai merasakan nikmatnya hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat
orgasme walaupun tidak hebat penetrasi di vagina.
Setelah orgasme keduaku pada
anal, Yanto kembali menyetubuhiku secara konvensional sampai aku mencapai
orgasme ketiga padahal Yanto belum juga mendapat ejakulasinya . Saat itu aku
benar-benar sudah kepayahan menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa
memohon untuk berhenti karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan
penuh pengertian Yanto menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa
kecewa di matanya.
Karena hari sudah menjelang
malam, setelah beristirahat sebentar sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk
kembali ke Bandung. Sebelum pulang aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga
rumah supaya tidak perlu bercerita tentang apa yang dilihatnya karena kami
melakukannya sebagai orang dewasa yang saling membutuhkan dan saling suka satu
sama lainnya. Si Mamang bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh
laki-laki yang menemani saat kesepian.
Dalam perjalanan pulang aku
menawarkan ke Yanto untuk melakukan seks oral di mobil sambil berjalan sampai
dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan itu karena merasa bersalah telah
menyia-nyiakan sahabatku yang telah memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi
ditambah beberapa petualangan seks yang sangat baru buatku termasuk juga
petualangan kepergok Mamang yang mendebarkan. Yanto tentu saja menyambutnya
dengan antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya sambil di oral dia
bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah dadaku.
Dengan nekat aku lalu mencopot
BHku saat mobil berjalan yang artinya aku harus melepas kaosku dahulu sebelum
melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang
dada, aku tidak tahu apakah pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu.
Dengan sabar aku mulai melakukan
seks oral sedangkan Yanto mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya hanya dengan
satu tangan saja karena tangan kirinya dipakai untuk memainkan buah dadaku. Aku
sempat bergurau bahwa penisnya dia sangat “yummie” sehingga tidak membosankan
untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di vagina.
Sekarang aku mengerti kenapa
Yanto mau bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil mengemudi karena ternyata
rangsangannya pada buah dadaku itu membuatku banyak melakukan gerakan spontan
pada mulutku saat mengulum penisnya yang membuatnya merasa lebih nikmat.
Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Yanto belum saja berejakulasi
padahal sudah dekat rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah berhenti di depan
pintu pagar rumahku, Yanto tiba tiba menekan kepalaku dengan kedua tangannya
sampai batang penisnya amblas menyodok masuk ke kerongkonganku dan ….
CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya
memuntahkan air mani yang sangat banyak yang terpaksa aku telan langsung ke
perutku
“Aaaaahhhh ….” Kudengar suara
Yanto mengerang nikmat
Aku coba berontak karena hampir
tidak bisa bernafas, tapi Yanto hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya
Crut …crut …crut …crut … masih
ada beberapa semprotan lagi yang keluar dari penisnya berceceran di dalam
rongga mulutku, malah ada beberapa yang menempel di bibir, pipi dan hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan
Yanto, aku lihat si Bibi sedang membuka pintu pagar dan anakku menunggu di
pintu garasi. Dengan terburu-buru aku menyambar tisu yang disodorkan oleh Yanto
yang sedang tersenyum nakal. Aku hanya sempat menghapus mukaku sekenanya karena
takut anakku datang mendekat dan melihat penisnya Yanto yang tetap mengacung
setelah ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa membawa BHku yang
ada di jok belakang.
Waktu aku mencium anakku, dia
sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada ada bau
amis.
Yanto memang memberiku banyak
petualangan seks yang tidak pernah aku bayangkan sampai umurku yang bisa
dibilang matang ini walaupun frekuensi pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku
hanya berhubungan badan dengan dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau
karena Yanto memang memintanya. Aku ingin tetap hubungan kami hanya sebagai
sahabat karena hubungan persahabatanku dengan Yanto jauh lebih berharga dari
pada kebutuhanku mencari pasangan hidup.
Setiap kali berhubungan badan aku
selalu memaksanya untuk ejakulasi di dalam, aku tidak mau ejakulasinya di luar
ataupun memakai kondom walaupun dia sangat khawatir karena merasa spermanya
sangat subur. Akhirnya kekhawatiran Yanto terbukti karena kemudian aku hamil,
bahkan sampai mencapai usia 10 minggu janin yang aku kandung. Asalnya aku tidak
percaya sampai diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan menggunakan alat
USG. Karena hubunganku dengan Yanto belum mencapai 3 bulan, berarti janin itu
berasal dari hubungan seks kami yang awal-awal.
Dengan umur kandungan yang sudah
besar, akhirnya aku minta tolong temanku untuk merekomendasikan dokter
koleganya di luar kota untuk membantu menggugurkannya. Aku tidak mau di kuret
di kotaku karena dapat menimbulkan kehebohan besar.
Dengan pengalaman ini akhirnya
aku berinisiatif pasang IUD sehingga Yanto tetap bisa leluasa berejakulasi di
dalam tubuhku seperti keinginanku.
Petualanganku denga Yanto
akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika ada dokter yang melamarku dan
memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tidak ingin setia pada suamiku yang
baru, tapi sebenarnya aku sering merindukan belaian keintiman khas Yanto
mengingat dasar hubungan seks kami yang istimewa. Walaupun dia selalu menjawab
komunikasi dariku, tapi dia tidak pernah lagi memintaku untuk melayaninya
seperti yang dulu dia lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks. Padahal
tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya untuk
melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di kotaku,
Yanto tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu akan
siraman air maninya.
0 Response to "aku dihamili sahabatku sendiri"
Posting Komentar