Berikut ini adalah kisah nyata
gue waktu masih duduk di kelas 2 SMP. Yaitu pengalaman mesum dengan kakak
kandung gue sendiri! Oh iya, perkenalkan nama gue Irwan. Selamat menikmati.
Hari Jumat pukul 10 malam gue
sedang asyik membaca buku stensilan di tempat tidur. Ditemani juga dengan
majalah porno yang telah beberapa kali gue lihat bolak-balik. Maklumlah saat
itu lagi musim-musimnya buku–buku begituan. Sebagai anak normal dalam masa
puber, gue sedang penasaran dengan segala hal yang berbau porno. Buku-buku
tersebut gue pinjam dari teman sekolah. Biasanya buku itu secara bergantian
berputar tiap hari diantara teman-teman.
Lagi asyik-asyiknya membaca,
tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kemudian muncul kakak kandung gue satu-satunya.
Namanya Kak Indah, begitu gue memanggilnya. Usia kami terpaut sekitar 6 tahun.
Sekarang dia sedang kuliah di awal semester 3.
Tentu saja gue buru-buru
menyembunyikan buku yang gue baca di bawah bantal sambil berharap Kak Indah
tidak mengetahui buku apa yang gue baca tadi.
“Fan… Anterin kakak beli nasi
goreng yuk…” ajak Kak Indah dengan nada manja.
“Males ah Kak…” jawabku singkat.
Beginilah kebiasaan Kak Indah.
Sering banget ngerasa lapar kalau sudah malam. Ujung-ujungnya gue disuruh
mengant dia ke depan buat beli nasi goreng, sate, pecel lele atau yang lainnya.
“Ayo dong Fan… Kakak Laper nih…”
kata kakak gue yang kali ini dengan wajah memelas.
“Sendirian aja kenapa? Lagi males
nih…” ucap gue yang tetap pada pendirian.
“Jangan gitu dong Fan… Beneran
laper bangeeet…” lanjut kakak gue terus memaksa.
“Makanya Kak… Jangan biasain
makan malem… Badan udah gemuk juga masih makan malem-malem! Lama-lama juga
kayak si Atun noh…!” ledek gue.
“Ini bukan gemuk tahu Fan! Ini
namanya seksi… Sok tau lu anak kecil…! Hehehe…” kilahnya.
Kakak gue ini memang tidak gemuk,
meskipun dia juga tidak dapat dikatakan langsing. Tubuh Kak indah terbilang
montok. Wajar aja sih kalo dia mengatakan dirinya seksi. Karena memang sangat
menarik untuk dipandang.
“Ayo dong…” ajak Kak Indah lagi
sambil menarik lengan gue.
Karena gue memang lagi males. Gue
bertahan aja di kasur. Tapi apa daya tarikan Kak Indah membuat posisi tubuh gue
bergerak. Dan apa yang gue takutkan dari tadi ternyata menjadi kenyataan.
“Wah… Buku apaan tuh Fan?” mata
Kak Indah tertuju ke buku porno yang tadi gue baca.
Ketika dia hendak mengambilnya
gue buru-buru mengamankannya.
“Wah parah lu Fan…! Buku
stensilan ya? Coba lihat sini…” pinta kakak gue.
“Apaan sih Kakak nih…!!” gue
terus berusaha menyembunyikannya.
“Gue bilangin Mama lu…” ujar Kak
Indah mengancam.
“Bilang aja ke Mama…! Emang buku
apaan ini? Orang komik kura-kura ninja…” jawab gue bohong.
“Jangan ngibul lu Fan…! Orang
jelas-jelas ada gambar cewek telanjangnya gitu kok…!” ucap Kak Indah yakin.
“Kura-kura ninja tahu…” gue masih
saja terus berkelit.
“Bener ye kura-kura ninja? Gue
bilangin Mama nih… Maaaah…!! Mmmhhh…!!!” teriak Kak Indah yang langsung saja
buru-buru gue bekap mulut mungilnya itu.
“Jahat banget sih Kakak…!!”
semprot gue.
Kak Indah terlihat berusaha
membuka dekapan telapak tangan gue, hingga dia meronta-ronta.
“Awas…! Jangan bilang mama loh…”
ancam gue.
Setelah dia menggangguk. Baru gue
lepaskan perlahan tangan gue dari mulutnya.
“Janji lu Kak…” ucap gue lagi.
“Iya bawel…! Makanya kalo tadi lu
mau nganterin Kakak kan nggak bakalan kejadian kayak begini…” kata kakak gue.
Perkataan kakak gue tadi memang
ada benarnya. Maka sebagai upah tutup mulut, saat itu gue pun bersedia
mengantarkannya membeli nasi goreng ke depan rumah. Namun dasar sial, setelah
beli nasi goreng Kak Indah malah menyantap nasi gorengnya di kamarku. Memang
ada untungnya juga, gue jadi bisa ikut menikmati nasi goreng. Tapi kan lebih
baik kalo Kak Indah buru-buru pergi. Dan yang bikin kesal lagi, selagi makan
Kak Indah terus menginterogasi gue tentang buku itu.
Setelah acara makan selesai Kak
Indah malah memaksa ingin melihatnya “Coba dong liat buku yang tadi…”
“Eeeh… Anak cewek nggak boleh
liat…!” ujar gue tegas.
“Yeee… Siapa bilang?” tanya kakak
gue.
Dengan modal ancaman akan
melaporkannya ke orangtua kami, akhirnya dengan terpaksa gue pun memberikannya.
Kak Indah sendiri lebih tertarik dengan majalah porno dibandingkan buku
stensilan.
Dengan cueknya kami pun membuka
buku tersebut bersama-sama di tempat tidur.
“Gila kontolnya nih bule gede
banget…!”celetuk Kak Indah.
“Ceweknya juga seksi loh Kak…
Liat aja toketnya bagus banget kayak gitu…” aku menimpali.
Kak Indah berlama-lama ketika ada
gambar ngentot bareng-bareng. Satu cewek di keroyok lima cowok bule.
Kontol-kontol bule itu masing-masing masuk ke memek, dubur dan mulut. Sementara
dua kontol lagi di pegang oleh tangan kanan dan kiri cewek tersebut. Entahlah
apa yang sedang ada di pikiran kakakku ini. Aku yang juga ikut menikmati gambar
tersebut bersama sesekali melirik Kak Indah. Tidak hanya ke arah wajahnya,
namun juga bokong, badan dan payudaranya.
“Oh iya… Kontol lu berapa panjang
Fan?” tanya Kak Indah tiba-tiba.
“Gak pernah di ukur Kak…” jawabku
yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Namun kemudian gue bangkit dari
tempat tidur lalu turun ke lantai dan mengambil penggaris di dalam tas sekolah
yang tergatung di dinding. Setelah itu aku turunkan celana pendek serta celana
dalam lalu segera mengukur kontolku.
“Waaah… Udah gila lu yeh…” Kak
Indah tampak kaget dengan aksi gue yang mengukur kontol di hadapannya.
“14 cm Kak…!” lapor gue sambil
cengengesan.
“Ah… Masih kayak anak bocah…
Hihihi…” kata Kak Indah datar walaupun gue dapat melihat raut wajahnya yang
cukup terkesima.
Setelah itu gue kembali ke
pembaringan, namun dengan penampilan sedikit berbeda, yaitu memakai celana
pendek namun tanpa menggunakan celana dalam lagi.
“Woi… Pake celana dalamnya dulu
sana…” perintah kakak gue.
Aku tidak mau menuruti
perkataannya. Bahkan kontol yang tidak juga mau turun itu gue tempelkan pada
bokong Kak Indah. Kini posisi gue sudah menindih Kak Indah yang sedang
tengkurap sambil membaca majalah.
“Eeeh…!! Fan gila lu…!!
Lepasin…!! Lepasin gueeee…!!!!”
Gue tidak mempedulikan
omongannya. Aku bahkan mulai menggesek-gesek kontol ke bokongnya yang memakai
celana pendek super ketat. Sementara tangan gue meremas-remas payudara Kak
Indah dari belakang. Mulut gue kini ikut bergerilya ke bagian leher serta wajah
Kak Indah. Kakak gue terus berusaha memberontak. Namun ternyata tenaga gue
lebih kuat hingga berhasil menguasainya.
Tangannya sudah gue pegang dengan
erat, sambil kontol ini terus menggesek bokong bahenol kakak gue.
“Fan… Lepasin dong… Lepasiiiin…!!
Gue teriaaak nih…” kakak gue terus menolak namun kali ini dengan tenaga yang
sudah hampir habis.
“Jangan dong Kak Indah… Gue kan
cuma udah lama penasaran pengen ngerasain yang kayak gini…” jawab gue sambil
terus meraba-raba tubuh seksi Kak Indah.
“Irwan… Pleaseee… Ja-jangan entot
Kakak… Inget dong gue kan kakak kandung lu Fan…” mohon kakak gue.
Mendengar perkataannya, gue lalu
meyakinkan Kak indah, bahwa gue tidak akan ngentot memeknya. Gue hanya ingin
mengesek-gesekkan kontol supaya bisa orgasme. Rupanya Kak Indah mengerti dengan
keinginan gue tadi. Dia pun membiarkan tubuhnya jadi objek birahi gue. bahkan
ketika gue mengangkat kaos dan membongkar bra miliknya, dia tidak menolak lagi.
Namun penolakan baru terjadi
ketika gue berusaha membuka celananya.
“Jangan dong… Entar ketauan Mama
sama Papa…” kata Kak Indah.
“Aaah… Palingan mereka udah pada
ketiduran abis maen…” ucap gue spontan.
“Sok tau deh lu…!” kata kakak
gue.
“Beneran kok…! Mama sama Papa
kalo maen hot banget deh Kak…” terang gue.
“Emangnya lu tau?” selidik Kak
Indah.
“Iya… Gue pernah liat sekali…
Waktu siang-siang, pintu kamar mereka kebuka sedikit… Ya udah gue tonton sampe
kelar deh… Hehehe…” jawab gue.
Kak Indah mencubit pelan lengan
gue “Kakak juga pernah denger sih waktu mereka maen di kamar mandi… Suara Mama
sampe ngejerit-jerit loh…! Tapi itu udah lama banget… Waktu masih SMP…” cerita
kakak gue.
Kami pun tertawa bersama namun
tidak terlalu keras. Akhirnya Kak Indah mau membuka celananya. Kemudian baju
dan bra, sehingga kini hanya menyisakan celana dalam warna putih. Tapi Kak
Indah meminta gue untuk mengunci pintu kamar dulu.
“Janji lu fan jangan entot kakak…
Nggak boleh…!” ujar Kak Indah mengingatkan.
Aku lalu mengangguk tanda
menyanggupi. Maka dengan tidak sabar mulailah aku beraksi menikmati tubuh kakak
gue sendiri. Mulai dari menindih, menciumi leher hingga menjilati payudara
montoknya. Sementara kontolku terus bergerak menggesekan ke bagian-bagian
tubuhnya supaya gue orgasme.
“Ooooh… Kakaaaak…!!” aku mendesah
menikmati gesekan kontolku.
Hal yang paling mengagetkan
adalah ketika gue terus menggesek dan menghisap payudaranya, Kak Indah mendesis
sambil menyebut nama pacarnya. Gue sempat terhenti sesaat, namun tidak lama,
karena birahi gue yang terus bergolak.
Hingga pada akhirnya sperma gue
muncrat dan berceceran di celana dalam serta perut Kak Indah yang mulus dan
rata.
“Udah keluar nih Kak…” kata gue
sambil tersenyum senang.
Untuk membersihkan sperma yang
tumpah dimana-mana, terpaksa kaos gue yang jadi tumbalnya.
“Gila lu Fan…! Banyak banget…”
Kak Indah memperhatikan celana dalamnya yang di lumuri sperma.
Akhirnya dia lalu membuka celana
dalam tersebut. Tentu saja kini Kak Indah telanjang bulat di hadapanku. Aku
sempat terpaku pada memeknya yang tidak ditumbuhi jembut sama sekali. Pasti
karena Kak Indah mencukurnya dengan rutin. Sungguh luar biasa indah seperti
nama kakakku. Tubuh polosnya benar-benar sangat seksi. Jauh lebih menarik
daripada cewek-cewek bule pemeran film bokep atau gambar cewek telanjang yang
pernah gue lihat.
“Gara-gara lu nih Fan… Bikin
repot aja…” gumamnya.
Setelah itu dia membantingkan
lagi tubuhnya di kasur dalam posisi telentang. Tangannya meraih tangan gue,
kemudian membimbing jari-jari gue untuk meraih memeknya. Tanpa diduga dia
memainkan jari tengahku pada bibir memeknya, serta sesekali mengarahkannya ke
klitoris. Ketika gerakan jari gue berjalan sendiri tanpa perlu dituntun, Kak
Indah melepaskan pegangannya.
Kedua tangan Kak Indah
meremas-remas payudaranya sendiri, sementara jari-jari gue terus bekerja pada
memeknya.
“Ohhhh… Teruuuus Fan…
Te-teruuuus…!! Iyaaa gituuu… Lagiiiii… Enaaaak bangeeeet…!!!” ceracau kakakku.
Benar-benar pemandangan panas
yang tidak pernah gue bayangkan sebelumnya. Apalagi ketika Kak Indah memainkan
lidahnya seakan memberi petunjuk agar gue menjilati memeknya. Tanpa pikir
panjang gue mulai mengganti peran jari tangan ini dengan lidah untuk segera
menjilat-jilat organ tubuh paling sensitifnya. Namun sebelum itu, gue sempat
kaget ketika jari yang baru saja menari-nari di memek kakak gue sudah berubah
bentuknya. Jari gue terlihat seperti melepuh, layaknya sedang kepanasan.
Misteri jari yang di masukan ke memek hingga melepuh itu sampai kini masih
membuat tanda tanya besar.
Karena ternyata bukan hanya pada
memek kakak gue, di lain waktu juga terjadi hal yang sama ketika melakukan
kepada memek cewek gue.
“Ouuughhhh… Faaaan…!! Aaahhh…
Nikmaaaat… Nggghhhh…!!” kakak gue menjerit-jerit keenakan.
Setelah beberapa menit, Kak Indah
akhirnya bisa mencapai orgsme dengan lidah gue “Ouuuuhhh… Oooooohhh… Enngh…
Eeenngh… Kakak sampeeee Fan…”
Gue yang sudah sejak tadi
terangsang, langsung menindihnya lagi. Kemudian menggesek-gesekkan kontol gue
ke memeknya. Kak Indah sempat mengingatkan kembali agar gue tidak memasukan
kontol gue ke dalam memeknya. Memang aku sempat berpikiran untuk tidak
menghiraukan perkataannya, namun yang seperti ini juga sudah cukup enak. Namun
tetap saja kadang-kadang birahi ini sulit untuk dikendalikan. Bahkan hampir
saja kepala kontolku masuk ketika gue melakukan gerakan mendorong.
“Bentar dulu Fan…” kata Kak Indah
yang kemudian merubah posisinya menjadi posisi duduk.
Gue hanya menatapnya dengan
tatapan tidak rela karena harus kehilangan kenikmatan yang dari tadi sedang gue
rasakan.
Ternyata kesabaran gue berbuah
manis. Karena saat itu perbuatan kami semakin panas saja ketika Kak Indah ingin
menyepong kontol gue sambil tangan gue mulai bekerja di kedua payudaranya.
Sungguh terasa nikmat sekali ketika kontol gue dihisap seperti sekarang.
Apalagi kenyataan bahwa yang melakukan adalah cewek cantik yang merupakan kakak
kandung gue sendiri.
Gue semakin menerawang kemudian
memejamkan mata karena inilah kenikmatan yang belum pernah gue rasakan
sebelumnya.
“Kaaak…!! Enaknyaaaa…!!” kata gue
sambil menikmati dorongan hebat pada kontol gue ini.
Saat Kak Indah sedang mengulum
dan menyedot-nyedot kemaluan gue, dia mulai mengeluarkan suara-suara erotis
diantara keluar dan masuknya kontol ini ke dalam mulutnya. Saat gue kembali
membuka mata, gue melihat tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Tidak heran
badannya ikut bergetar saat mengulum kontol gue.
“Sluuurrrp… Hmmmm…” terdengar
suara desahan Kak Indah yang sungguh merangsang.
Ketika kontol gue sudah tidak
tahan menerima rangsangan, gue sempat memberi tanda karena sperma di dalam akan
segera keluar. Kak Indah mengerti dan melepaskan hisapannya. Dia lalu telentang
dan membuka lebar-lebar memeknya.
Belahan memek berwarna merah muda
itu sepertinya sudah siap menerima rudal gue.
Namun hal tersebut harus gue
urungkan karena Kak Indah kemudian berkata “Tumpahin di sini Fan… Jangan
dimasukin yah…”
Setengah tidak rela, gue pun
paham dengan maksudnya. Maka ketika gue orgasme gue menyemprotkan sperma
tersebut ke arah memeknya.
“Aaaah…!! Kak Indaaaaah… Oooooh…”
aku meneriakkan namanya ketika sperma gue keluar dalam jumlah yang tidak dapat
dibilang sedikit.
Sebagian bahkan ikut masuk ke
dalam daging merah dan sisanya lagi mengotori sekitar perut Kak Indah.
Gue dan Kak Indah lalu saling
berperlukan, hingga akhirnya dia tidur di kamar gue tanpa ada kecurigaan dari
orangtua kami. Begitulah kisah malam yang panas dengan kakak gue sendiri. Sejak
saat itu, gue dan kak indah jadi semakin abrab. Bahkan Kak Indah secara terus
terang bercerita bahwa dirinya sudah sering ngentot dengan pacarnya, namun
tentu saja dia tidak membolehkan gue sebagai adiknya melakukan hal yang sama.
Kami berdua tetap sering
mengadakan acara mesum seperti malam tersebut, Terutama ketika Kak Indah sedang
meminta bantuan. Gue mengajukan syarat agar upahnya berupa pelayanan birahi.
Tapi gue tetap tidak sampe memasukan kontol ke dalam memeknya.
Hingga pada suatu malam, gue yang
sedang terangsang berniat sekali akan melakukan perbuatan mesum dengan Kak
Indah. Tapi gue dongkol karena Ketika Kak Indah pulang ke rumah malah membawa
temannya, bahkan kakak gue berkata bahwa dia akan menginap disini. Namanya
adalah Santi, yang merupakan teman kuliahnya. Santi memang merupakan teman baik
Kak Indah. Sudah sangat sering dia maen ke rumah, makanya gue sebenarnya sudah
cukup akrab dengannya.
Karena niat gue terganggu dengan
keberadaan Santi, maka sambil cemberut gue menonton TV tanpa ada niat mengobrol
dengan mereka. Jika Kak Indah dan Santi bertanya, maka gue males-malesan
menjawabnya. Martabak telor yang di bawa oleh kakak gue pun tidah selera untuk
disantap. Kak Indah malah senyum-senyum saja melihat kelakuan gue begini sambil
melahap martabak bawaannya.
“Adik lu jutek banget sih Ndah?”
tanya Santi yang tidak mengerti dengan kelakuan gue yang berubah 180 derajat.
“Tau tuh… Salah makan kali…”
canda kakak gue yang sepertinya sudah paham dengan aksi gue ini.
“Apa mungkin sakit Ndah? Liat aja
tuh mukanya sampe pucet kayak gitu…” lanjut Santi yang masih penasaran.
“Hah? Burungnya kali yang sakit…
Hehehe…” Kak Indah tertawa yang kemudian juga diikuti dengan ejekan Santi
kepada gue.
Jadilah kedua cewek cantik itu
menggoda gue terus-menerus. Mereka saling melempar kata dengan obyek penderitanya
adalah gue yang sedang horny berat!
“Gue mau pipis dulu ya…” kata
Santi kemudian pergi ke belakang.
Dia memang sudah tidak asing lagi
dengan rumah ini. Jadi tidak perlu minta diantar seperti layaknya tamu baru.
“Kakak ngapain sih bawa santi
nginep segala?” tanya gue ketika Santi sudah menghilang.
“Lah? Emang kenapa sih?” jawab
Kak Indah dengan enteng.
Gue terus memarahi Kak Indah,
sementara kakak gue tidak begitu peduli. Dia malah cengar–cengir saja
menanggapinya. Bener juga memang, tidak ada salahnya teman-temannya pada
menginap. Yang jadi masalahnya sekarang gue sedang ingin sekali berbuat mesum
sama Kak Indah.
“Ndah… Pinjem kaos buat tidur
dong… Sekalian celana pendeknya…” ujar Santi dari belakang.
Gue dibuat kaget setengah mati
karena ketika Santi berjalan, dia tidak mengenakan sehelai benang pun alias
telanjang bulat! Pakaian yang dia kenakan semula kini sudah berada di dalam
genggaman tangannya. Tubuh Santi sungguh terlihat bagus. Sudah langsing, payudara
besar menggantung hingga kulit yang putih.
“Udah lu tidur telanjang aja
kayak gitu Sant…” kata Kak Indah asal.
“Tuh… Si Irwan aja doyan
ngeliatin lu terus… Hehehe…” ledek Kak Indah sambil melihat ke arah gue yang
masih terpaku dengan tubuh Santi.
Gue yang tersadar segera
mengalihkan pandangan ketika mendengar ucapan Kak Indah seperti itu.
Lagi-lagi kedua cewek itu
cekikian menggoda gue. Langsung saja gue pura-pura menonton TV saja.
Tanpa dapat diduga, tiba-tiba
saja Santi mendekati tempat duduk gue.
“Gue tidur di kamar lu aja ya
Fan…” ujar Santi pelan.
Santi lalu duduk di pangkuan gue.
Dia kini menciumi wajah serta leher gue. Payudaranya yang tidak kalah besar
dengan Kak Indah, mulai digesek-gesekkan ke dada gue. Tentu saja kelakuannya
membuat gue terangsang berat. Namun gue tetap berlagak jual mahal.
“Daripada nonton TV nggak jelas
kayak gitu, mendingan main sama gue deh…” lanjutnya lagi yang kali ini berhasil
mengalihkan perhatian gue.
Santi mendekati telinga gue lalu
berbisik “Gue udah tahu semua kelakuan lu sama si Indah… Makanya gue juga mau
ikutan…”
Karena masih belum percaya begitu
saja, gue langsung melirik ke arah Kak Indah yang sedang tersenyum-senyum penuh
arti. Tidak lama Santi membuka kaos oblong gue. Kemudian dibangunkannya gue
dari kursi.
Setelahnya, dia mulai membuka
celana gue hingga bugil seluruhnya.
“Kontol adik lu udah keras
banget… Lumayan panjang juga yah buat anak seumuran dia… Pantesan aja lu doyan
Ndah…” ujar Santi kepada kakak gue yang tanpa banyak basa-basi lagi langsung
mengulum kontol di depannya.
“Ssssh… Aggghh… Aaaaghh…!!” gue
mendesis nikmat.
Hingga pada akhirnya gue pun
larut dalam permainan Santi.
“Ajak gue ke kamar lu Fan… Gue
lagi pengen banget ngentot nih…” bisik santi.
Dengan tidak sabar gue lalu
menggirjng Santi ke kamar. Sesampainya di sana, gue terus diserang bertubi-tubi
oleh Santi di atas kasur. Ketika Santi ingin memasukan kontol gue ke memeknya,
tiba-tiba Kak Indah masuk.
“Eh… Tunggu…! Dasar udah pada
gatel lu pada…” teriak kakak gue.
“Ganggu aja lu Ndah…! Gue udah
berapa bulan nih nggak ngentot… Lah kalo lu baru juga berapa jam yang lalu
ngentot ama cowok lu…” protes Santi kepada kakak gue.
Kak Indah hanya nyengir kuda.
Dasar memang nih gue punya kakak model kayak begini.
“Oke… Gue paham deh… Sebenernya
gini loh Fan… Kak Indah sengaja bawa Santi supaya lu bisa ngerasain yang
namanya ngentot… Lagipula biar kita berdua nggak ngelakuin hal yang kayak dulu
lagi… Gue takut aja ketauan sama Mama dan Papa…” terang Kak Indah panjang.
Lalu kakak gue melanjutkan kalau
gue sekarang belum bisa berjanji, maka acara ini akan dibatalkan. Dengan berat
hati gue menyetujuinya. Lagipula gue kan pengen ngerasaain yang namanya ngentot
memek cewek. Karena Kak Indah juga tidak pernah memberikan memeknya dimasuki
oleh kontol gue.
Begitulah, ahirnya gue dan Santi
ngentot di kamar ini. Sementara itu Kak Indah hanya jadi penonton saja sambil
sesekali meremas payudaranya.
Santi terlihat sangat
berpengalaman. Entah sudah berapa banyak jam terbangnya, hingga dia begitu
mahir memuaskan nafsu birahi gue. Dalam permainan itu gue dan Santi
masing-masing bisa orgasme hingga dua kali. Sebelum akhirnya istirahat makan
dan menonton TV lagi.
Ketika jam sudah menunjukkan
pukul 1 malam, Kak Indah terlihat mengantuk. Dia pun pamit untuk pergi tidur ke
kamarnya. Beberapa saat kemudian gue yang sudah datang lagi birahinya, mengajak
santi untuk menutup malam dengan satu permainan lagi. Namun ternyata Santi
punya rencana lain. Dia ingin melakukan bertiga bersama Kak Indah.
Gue pun tentu saja setuju dengan
niatnya. Santi kemudian mengeluarkan selembar dasi almamater dari dalam tas.
Kami pun masuk ke dalam kamar kakak gue dalam keadaan bugil. Di dalam kamar,
Kak Indah ternyata sudah tidur dengan pulas.
“Liat kakak lu tuh kecapean…
Berapa ronde tadi siang dia ngentot ama pacarnya…” kata Santi pelan supaya
tidak membuat kakak gue terbangun.
Gue diarahkan santi untuk
memegang tangan kak indah. Dengan beberapa gerakan saja tangan kak indah sudah
teringat ke atas dengan dasi. Kak indah terbangun dan kaget melihat tangannya
sudah terikat.
“Hei…!! Apa-apan sih nih? Santi…!
Irwan…! Lepasin gue dong…!” teriak Kak Indah sambil berusaha membuka ikatan pada
tangannya.
“Udah deh… Nikmatin aja Ndah… Gue
pengen buat lu orgasme…” jawab Santi dengan tenangnya.
“Ayo Fan kita mulai kerjain kakak
lu…” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Santi melepas bagian bawah
pakaian Kak Indah. Celana pendek dan celana dalamnya dilemparkan jauh-jauh.
Sementara itu gue kebagian melepas kaos ketat dan bra milik Kak Indah. Tubuh
kakak gue yang sudah telanjang bulat serta dalam keadaan terikat tidak berdaya
sungguh terlihat sangat menggoda bagi siapapun yang menyaksikannya.
“Wow… Memek lu bagus banget
Ndah…! Pantesan aja cowok lu demen banget ngentot…” puji Santi.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Santi
langsung menjilati memek Kak Indah. Sementara gue dapat bagian payudaranya.
Sesekali kami saling bertukar posisi menggarap Kak Indah. Diam-diam ternyata
kakak gue juga ikut menikmati. Apalagi ketika Santi memberikan memeknya ke arah
wajah Kak Indah, denga sangat rakus dia menjilatinya. Begitu juga ketika gue
menyuguhkan kontol gue, Kak Indah juga tidak menolak. Kakak gue yang cantik itu
akhirnya mencapai orgasme dengan jilatan lidah santi pada memeknya.
Ikatan dasi Santi kemudian
dilepas ketika permainan kami bertiga semakin panas, dan tidak ada lagi
penolakan dari kakak gue. Santi kemudian menyusul mencapai orgasme dengan jilatan
lidah Kak Indah. Sementara itu gue juga telah mencapai klimaks di dalam memek
Santi.
0 Response to "kakakku yang menggoda birahi"
Posting Komentar